Perjalanan saya menuju jurusan Informatika di Universitas Sebelas Maret bukanlah jalan lurus, melainkan penuh rintangan, keraguan, dan ujian tekad. Saya lahir dan besar di sebuah desa dengan lingkungan yang sederhana. Akses internet terbatas, dan laptop adalah barang yang jarang saya temui di rumah sendiri. Jika ingin mengerjakan tugas atau mencoba hal baru di komputer, saya harus memanfaatkan fasilitas sekolah atau meminjam perangkat teman. Keterbatasan ini justru membuat saya semakin penasaran dengan dunia teknologi, karena rasanya seperti pintu besar yang ada di depan mata, tapi belum bisa saya buka sepenuhnya.
Sejak SMP, saya aktif berorganisasi hingga sampailah di SMA, saya pernah menjadi sekretaris OSIS, ketua jurnalistik, hingga ketua divisi media di PAC IPNU IPPNU. Pengalaman-pengalaman ini mengajarkan saya untuk berkomunikasi dengan berbagai karakter orang, mengatur waktu di tengah kesibukan, dan menyelesaikan masalah yang muncul di lapangan. Saya belajar bahwa kerja sama dan tanggung jawab adalah kunci agar sebuah kegiatan bisa berjalan lancar. Meski fokus saya saat itu bukan teknologi, kemampuan mengelola tim dan berpikir kreatif ternyata sangat berguna saat memasuki dunia perkuliahan nanti.
Namun, mengejar mimpi kuliah di Informatika tidak mudah. Setelah lulus SMA, saya sempat menganggur selama beberapa bulan. Setiap hari terasa panjang, dan di kepala terus muncul pertanyaan: “Bisa nggak ya aku kuliah?” Ada masa di mana semangat menurun drastis. Melihat teman-teman sudah melanjutkan studi atau bekerja kadang membuat saya merasa tertinggal. Meski begitu, dukungan keluarga, terutama ibu, menjadi bahan bakar yang membuat saya tetap bergerak. Ibu selalu bilang bahwa setiap orang punya waktunya masing-masing, dan yang penting adalah tidak berhenti mencoba.
Proses mendaftar ke UNS penuh perjuangan. Saya harus mencari informasi beasiswa, jadwal pendaftaran, dan persyaratan hanya lewat ponsel seadanya. Untuk mengisi formulir dan menyiapkan dokumen, saya meminjam laptop teman. Ada rasa khawatir kalau jaringan internet terputus saat mengunggah berkas, karena koneksi di desa sering tidak stabil. Malam pengumuman diterima di Informatika adalah momen yang tidak akan saya lupakan. Awalnya saya terdiam beberapa detik, mencoba memastikan bahwa itu bukan kesalahan. Lalu, perlahan senyum lebar muncul. Semua rasa lelah, cemas, dan ragu seakan terbayar lunas.
Kini saya memulai langkah baru di Kebumen sebagai mahasiswa PSDKU UNS. Hidup di kost menjadi tantangan tersendiri: mengatur keuangan, menjaga kesehatan, dan mengurus semua kebutuhan tanpa bantuan keluarga. Awal PKKMB menjadi momen adaptasi yang cukup padat. Tugas-tugas pengenalan kampus membuat saya belajar membagi waktu lebih efektif, apalagi tanpa laptop pribadi. Ada rasa rindu rumah yang muncul setiap malam, tapi saya menyadari bahwa inilah proses yang akan menguatkan saya, baik secara mental maupun keterampilan hidup.
Selain beradaptasi dengan kehidupan kost, saya juga mulai belajar menyesuaikan diri dengan materi kuliah yang cukup berbeda dari pelajaran SMA. Istilah-istilah baru, logika pemrograman, dan tugas yang membutuhkan riset membuat saya sadar bahwa perkuliahan adalah dunia yang menuntut kemandirian. Namun, justru di situ saya menemukan semangat baru untuk terus belajar.
Harapan Selama Kuliah di tahun pertama ini, harapan saya sederhana: bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, memahami materi kuliah secara bertahap, dan membiasakan diri dengan ritme tugas yang lebih padat dibanding masa sekolah. Saya ingin menjaga nilai tetap baik sambil belajar mengatur waktu antara kuliah, organisasi, dan kehidupan sehari-hari di kost.
Saya juga berharap dapat membangun pertemanan yang positif dan saling mendukung. Lingkungan yang sehat akan membantu saya bertahan di saat semangat menurun. Selain itu, saya ingin bergabung dengan komunitas yang sesuai minat, seperti klub pengembangan web atau kelompok diskusi teknologi, agar bisa belajar dari orang-orang yang memiliki visi serupa.
Di bidang akademik, saya menargetkan untuk menyelesaikan beberapa proyek kecil yang relevan dengan Informatika, seperti membuat website sederhana atau aplikasi yang menyelesaikan masalah nyata di sekitar saya. Salah satu impian saya adalah membuat platform yang membantu UMKM di desa memasarkan produk mereka secara online dengan cara yang mudah dipahami.
Saya sadar bahwa perjalanan ini tidak akan selalu mulus. Akan ada tugas menumpuk, kesalahan dalam kode, atau bahkan proyek yang gagal. Namun, saya percaya bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Selama saya terus melangkah, sekecil apa pun langkah itu, saya akan semakin dekat dengan tujuan. Bagi saya, lulus tepat waktu memang penting, tapi yang lebih penting adalah berkembang menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan di dunia kerja dan tetap membawa manfaat bagi lingkungan sekitar.



