Perjuangan masuk ke sebuah jurusan tidaklah mudah dan juga bukanlah akhir, melainkan ini merupakan awal dari perjalanan kita. Perjuangan kami adalah trilogi: melawan anggapan orang bahwa kami (mahasiswa IT) hanyalah calar teknisi, melawan keraguan diri apakah kami cukup cerdas, dan melawan keterbatasan info yang membuat wawasan kami tentang jurusan ini masih sangat dasar.
Pada akhirnya, pengumuman kelulusan ku saat itu hanyalah sebuah starting point. Euforia kemenangan cepat berganti dengan keheranan di minggu-minggu pertama perkuliahan. Aku seperti diberi peta untuk menjelajahi benua baru yang hanya aku dengar namanya saja. Setiap mata kuliah memperkenalkan landscape yang berbeda, dan aku baru menyadari bahwa perjuangan untuk 'lolos' sangatlah berbeda dengan perjuangan untuk 'memahami'. Lautannya memang dalam, tetapi sekarang kami punya kapal dan mulai belajar untuk mengemudikannya.
Kini, setelah beberapa bulan menjalani perkuliahan, aku mulai memahami bahwa yang kami pelajari sebenarnya adalah sebuah bahasa baru. Bahasa pemrograman bukan sekadar sintaksis dan fungsi, tetapi cara berpikir yang menuntut logika yang terstruktur dan kreativitas dalam memecahkan masalah. Di sisi lain, ilmu data mengajarkan kami untuk menjadi detektif yang cermat, mencari pola dan cerita tersembunyi di balik lautan angka yang tampak acak
. Perkuliahan hari pertama seperti menyiramkan air dingin pada wajah yang sedang bermimpi. Dosen berbicara tentang algoritma, struktur data, dan statistik inferensial dengan lancarnya, sementara aku masih berusaha memahami istilah-istilah dasar yang terdengar asing di telinga. Teman-teman sekelas ada yang sudah memiliki pengalaman coding selama SMA, sementara aku masih harus belajar dari nol. Dalam kesenjangan itulah, keraguan diri itu kembali menghampiri. "Apakah aku memang cocok berada di sini? Apakah aku bisa mengejar ketertinggalan ini?"
Namun, seiring berjalannya waktu, kampus ternyata tidak hanya mengajarkan tentang teknologi, tetapi juga tentang kebersamaan dan kolaborasi. Aku menemukan bahwa teman-teman yang tadinya kupandang lebih ahli justru bersedia dengan sabar menjelaskan konsep-konsep yang belum kumengerti. Kami belajar bersama di perpustakaan, berdiskusi hingga larut malam melalui grup chat, dan saling mendukung saat mengerjakan tugas praktikum yang menantang. Perlahan-lahan, aku menyadari bahwa kami bukanlah kompetitor, tetapi rekan satu kapal yang sedang belajar mengarungi lautan yang sama.
Lautan ilmu yang tadinya terasa begitu menakutkan dan dalam, kini mulai terlihat sebagai tantangan yang menarik untuk ditaklukkan. Setiap kali berhasil menjalankan sebuah program tanpa error, setiap kali memahami sebuah konsep matematika yang mendasari machine learning, dan setiap kali bisa memecahkan masalah coding yang telah menyita waktu berjam-jam, ada rasa kepuasan yang luar biasa. Capaian-capaian kecil inilah yang kemudian membangun kepercayaan diri bahwa kami memang berada di jalur yang tepat
. Kini, ketika ada yang masih bertanya apakah nantinya aku akan membuka jasa servis komputer, aku hanya tersenyum. Aku sekarang punya lebih banyak vocabulary untuk menjelaskan bahwa dunia IT dan ilmu data ibarat sebuah alam semesta yang terus mengembang. Apa yang kami pelajari hari ini mungkin akan menjadi dasar untuk teknologi yang bahkan belum terbayangkan oleh masyarakat luas. Kami bukan calon tukang servis, kami adalah calon pembentuk masa depan digital
. Perjalanan ini masih sangat panjang. Masih banyak mata kuliah yang harus ditempuh, banyak konsep yang harus dipelajari, dan banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun, dengan kapal yang telah kami miliki dan semangat untuk terus belajar, kami berlayar penuh keyakinan. Kami mungkin belum tahu exactly di pulau mana kami akan berlabuh nanti, tetapi yang pasti, kami sedang menikmati setiap detik perjalanan ini sambil terus mengarahkan kemudi menuju horizon yang penuh dengan kemungkinan tak terbatas.



