Menjadi mahasiswa adalah impian bagi banyak orang, tetapi tidak semua orang menyadari bahwa di balik gelar itu ada jalan panjang yang harus ditempuh. Proses untuk sampai di titik ini bukanlah sesuatu yang instan. Ada keringat, doa, rasa lelah, serta harapan yang silih berganti mengisi hari-hari. Ketika akhirnya aku bisa mengenakan jas almamater FATISDA UNS, aku tahu bahwa perjalanan ini adalah bukti nyata bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Setiap langkah kecil yang dulu terasa berat kini menjadi pijakan penting yang menuntunku sampai ke sini.
Sejak masa SMA, aku sudah beberapa kali kepikiran untuk bisa duduk di bangku perkuliahan, belajar bersama teman-teman baru, dan merasakan suasana akademik yang berbeda dari sekolah. Pikiran itu seringkali muncul ketika aku melihat kakak kelas yang berhasil melanjutkan studi ke kuliah tertentu atau saat membaca kisah sukses mahasiswa di berbagai media. Namun, aku juga sadar bahwa pikiran itu tidak akan pernah berubah menjadi kenyataan tanpa kerja keras.
Jalan menuju FATISDA UNS penuh dengan liku-liku. Semuanya dimulai ketika aku dinyatakan eligible untuk mengikuti jalur SNBP. Saat itu, rasa percaya diriku cukup rendah karena nilaiku itu tidak cukup tinggi dibandingkan teman-teman yang lain. Aku mendapat peringkat 108 dari 156 siswa kala itu. Oleh sebab itulah aku tidak berekspektasi lebih. Ketika pengumuman SNBP tiba, aku mencoba tidak berharap lebih. Akhirnya, background merah mendampingi soreku pada hari itu. Rasanya berat, tetapi ini sesuai dugaanku. Kecewa, sedih, bahkan aku sempat bertanya-tanya, apakah usahaku selama ini sia-sia? Namun, di balik kekecewaan itu, aku mencoba bangkit. Aku tidak ingin berhenti hanya karena satu kegagalan.
Kesempatan berikutnya datang melalui jalur SNBT. Aku menaruh harapan besar pada jalur ini. Dengan tekad yang lebih kuat, aku belajar lebih giat dari sebelumnya. Soal-soal latihan kuhadapi setiap hari, tryout kuikuti berkali-kali, dan malam-malam panjang kembali kuisi dengan belajar. Aku ingin membuktikan bahwa aku mampu. Akhirnya, tibalah hari pengumuman SNBT itu. Berbeda dengan saat aku membuka hasil SNBP yang cenderung pesimis, di SNBT ini aku cukup percaya diri karena aku mampu mengerjakan dan berharap lolos ke PTN yang aku inginkan. Namun, hasilnya lagi-lagi gagal. Hal itu membuat pikiranku penuh serta kacau balau. Bagaimana mungkin setelah usaha sebesar itu aku masih belum bisa lolos? Pertanyaan itu terus bergema di kepalaku.
Meskipun begitu, aku tidak ingin menyerah. Aku sadar masih ada satu kesempatan terakhir, yaitu Seleksi Mandiri Sarjana Jalur UTBK gelombang pertama. Jalur ini tidak mudah karena persaingan yang ketat, tetapi aku tahu inilah peluang terakhir yang bisa kuperjuangkan. Aku mempersiapkan diri dengan memperkuat doa. Setiap selesai ibadah, aku memohon agar diberikan kesempatan untuk meraih kebahagiaan di masa depan. Rasa takut gagal masih ada, tetapi aku berusaha menutupinya dengan keyakinan bahwa setiap usaha tidak akan sia-sia.
Hari pengumuman jalur mandiri tiba. Jantungku berdetak kencang ketika membuka laman resmi SPMB UNS. Rasa takut, cemas, dan harapan bercampur menjadi satu. Aku sempat membayangkan bagaimana jika kegagalan itu kembali terulang, apakah aku sanggup menanggungnya? Namun, semua keraguan itu hilang ketika layar menunjukkan warna hijau tanda kelulusan. Senyum merekah, air mata menetes, dan rasa syukur meluap. Aku benar-benar berhasil. Rasanya semua perjuangan, doa, dan rasa sakit hati sebelumnya terbayar lunas. Aku akhirnya resmi menjadi mahasiswa FATISDA UNS.
Kini, aku menatap masa depan sebagai mahasiswa Informatika. Bagiku, Informatika bukan hanya soal mengetik kode atau memperbaiki perangkat keras. Jurusan ini mencakup berbagai bidang penting dalam kehidupan modern, mulai dari algoritma, pemrograman, sistem informasi, jaringan komputer, keamanan data, hingga kecerdasan buatan. Di dalamnya, ada peluang untuk menciptakan solusi, inovasi, dan teknologi baru yang dapat membantu banyak orang.
Sebagai mahasiswa baru, aku memang masih berada di tahap awal. Namun, aku tahu jurusan ini akan membawaku pada tantangan besar sekaligus kesempatan emas. Aku akan belajar logika pemrograman, berpikir analitis, dan bekerja dalam tim. Jurusan ini juga menuntut kedisiplinan dan rasa ingin tahu yang tinggi karena teknologi berkembang begitu cepat. Aku ingin mendalami bidang yang sejak lama menarik minatku, yaitu robotika, khususnya pengembangan line follower robot. Bidang ini memadukan perangkat keras, perangkat lunak, dan logika pengendalian yang sangat relevan dengan apa yang kupelajari di Informatika.
Perjalanan ini mungkin belum seberapa dibandingkan dengan apa yang akan datang, tetapi aku yakin setiap perjuangan akan ada titik terangnya. Titik terangnya itu kini sudah kuambil di FATISDA UNS, tempat di mana cerita baruku sebagai mahasiswa bermula.



